Jumat, 15 Juli 2011

Sejuta Pikat Gadis Minang, Vendry Mofu "Rang Sumando" Berikutnya


Gadis minang memang punya sejuta pesona, apalagi buat para pria dari luar daerah ini. Hal ini terjadi bagi para pesepakbola yang mencoba peruntungan bermain di tanah minang baik saat membela Semen Padang ataupun PSP Padang. Antonio Claudio telah menjadi warga Lubuk Buaya sejak menikahi wanita minang pada dekade lalu.Lihat juga keluarga Elie Aiboy, anak-anak dari pria asal Papua ini lebih fasih berbahasa minang karena memang tumbuh dan berkembang bersama ibunya yang juga wanita minang.

Erol FX Iba mantan sayap kiri timnas Indonesia juga musti pulang kampung jika lebaran telah datang, bukan ke Papua akan tetapi ia pulang ke Padang untuk berkumpul bersama keluarganya. Bukan hanya pria asal Brasil atau Papua yang kena "pikek" gadis minang, Patricio Pato Jimenez lelaki asal Chile juga telah merasakan menjadi seorang "Marapulai". Tahun lalu striker bengal yang sekarang membela Deltras Sidoarjo Marcio Ahmad Souza juga sudah menggelar "alek"nya di kota Solok dengan menikahi gadis minang pujaan hatinya.
Dengan menikahi gadis minang, para pria tersebut mendapatkan gelar atau label Urang Sumando. Bagaimana dengan sekarang? Apakah kisah ini masih berlanjut? Jawabannya ialah masih.
Adalah pria asal Wamena Papua yang akan meneruskan kisah yang telah menjadi tradisi ini. Sang Breaker bernomor punggung 10 Vendry Mofu akan menyusul seniornya Elie untuk menjadi Rang Sumando terbaru akibat telah terpikat oleh senyuman Prima Elfina yang tinggal di Indarung Padang. Di usia menjelang 21 tahun, Mofu akan mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Ima yang rencanya akad nikah akan diselenggarakan pada 15 Juli 2011 nanti di Padang. Vendry dan Ima berkenalan semenjak Mofu mengisi skuad Kabau Sirah sejak Agustus tahun lalu. 
Terbukti sudah bagaimana pesona para gadis minang. Dengan sekali senyum hati para pria akan luluh dibuatnya. Untuk Vendry dan Ima semoga menjadi pasangan yang sakinah,mawadah dan warrahmah..Amiin.(Ade Weri Putra)

Kamis, 14 Juli 2011

TRADISI MERANTAU DISARANKAN DITINJAU ULANG


Tradisi Merantau Disarankan Ditinjau Ulang

Tradisi Merantau Disarankan Ditinjau Ulang
Padang, Sumbar - Pakar sejarah Islam, Prof Azyumardi Azra mengatakan, merantau yang selama ini dijadikan salah satu ikon orang Minang perlu untuk ditinjau ulang. Alasannya, selain merantau membawa konsekuensi terbatasnya tenaga produktif di nagari-nagari atau desa, kondisi di rantau sendiri juga sudah tidak memberikan harapan.
"Daripada tetap menjadikan merantau sebagai sebuah ikon, lanjut Azyumardi, dalam konteks yang lebih realistis jauh akan lebih bermanfaat kalau para tenaga produktif di nagari-nagari atau desa berkosentrasi memanfaatkan lahan tidur yang terhampar di hampir seluruh pelosok kota dan kabupaten di Sumatera Barat," kata Azyumardi Azra, saat jadi keynote speaker dalam seminar Kebudayaan Minangkabau yang diselenggarakan Gebu Minang di Premier Basko Hotel, Kota Padang, Minggu (12/12).
Selain itu, Azyumardi Azra yang juga Guru Besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga mengungkap efek lain dari merantau yang dahulunya hanya dilakukan oleh laki-laki, tapi dalam perjalanannya merantau pada akhirnya juga dilakukan oleh gadis Minang.
"Karena laki-laki Minang mayoritas merantau, akhirnya gadis Minang tidak punya banyak pilihan untuk mendapatkan pasangan hidupnya. Andai pun didapat itu juga melalui proses "bajapuik" yang dalam kenyataannya sangat ditentukan oleh kemampuan finansial pihak keluarga perempuan. Akibatnya, banyak di antara gadis Minang yang harus merantau dalam menyikapi fenomena itu," kata Azyumardi Azra.
Terkait dengan desakan tersebut, agar merantau tidak lagi dijadikan ikon bagi etnis Minang, lebih lanjut alumni Columbia University New York itu juga mendesak pemerintah daerah membukakan akses bagi anak nagari terhadap tanah produktif.
"Pemerintah daerah sebaiknya mengaktifkan lahan-lahan kosong untuk kesejahteraan masyarakat nagari. Langkah ini penting untuk menahan arus merantau dan meningkatkan kesejahteraan nagari," tegasnya.